Saturday, February 27, 2010

CINTA SEBENAR

Kisah Cinta Sebenar ..Detik 12 RabiulAwal.. Rasulullah Lahir dan Wafat

Selawat dan salam atas Junjungan Besar Nabi Muhammad s.a.w



Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang

dicontohi Allah melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, walaupun

langit telah mulai menguning, burung2 gurun enggan mengepakkan

sayapnya. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan

khutbah, Wahai ummatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta

kasih-Nya. Maka taati dan bertaqwalah kepadaNya. Kuwariskan dua

perkara pada kalian;



Al-Quran dan Sunnahku. Barang siapa mencintai

sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-

orang yang mencintaiku, akan masuk ke dalam

syurga bersama-sama ku.



Khutbah singkat diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang

dan penuh minat menatap sahabatnya satu-persatu.

Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik

turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghelakan nafas

panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.



Isyarat itu telah datang , saatnya sudah tiba. Rasullullah akan

meninggalkan kita semua, keluh hati semua sahabat kala itu.

Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia.

Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas

menangkap

Rasulullah yang dalam keadaan lemah dan goyah ketika turun dari

mimbar. Di saat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana

pasti akan

menahan detik-detik yang berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu

rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang

terbaring

lemah dengan keningnya yang keringat dan membasahi pelepah kurma

yang menjadi alas tidurnya.



Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan

salam. Bolehkah saya masuk? tanyanya. Tapi Fatimah tidak

mengizinkannya masuk, Maafkanlah, ayahku sedang demam. Kata Fatimah

yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani

ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah,

Siapakan itu wahai anakku? Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru

sekali ini melihatnya. Tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap

puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah

bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. Ketahuilah,

dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan

pertemuan di dunia. Dialah Malakul Maut. Kata Rasulullah. Fatimah pun

menahan ledakkan tangis.



Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa

Jibril tidak ikut sama menyertainya .. kemudian dipanggilah Jibril



yang sebelumnya sudah bersiap sedia di atas langit dunia menyambut ruh

kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah? Tanya Rasulullah

dengan suara yang amat lemah.

Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruh mu.

Semua syurga terbuka lebar menanti kedatangan mu..

Kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega,

matanya masih penuh kecemasan.

Engkau tidak senang mendengar khabar ini?tanya Jibril lagi. Khabarkan

kepada ku bagaimana nasib umatku kelak?

Jangan khuwatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah

berfirman kepadaku:

' kuharamkan syurga bagi sesiapa saja, kecuali umat Muhammad telah

berada di dalamnya, kata Jibril.



Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan

ruh Rasulullah ditarik.

Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya

menegang.

Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini. Perlahan Rasulullah

mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang

disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkn muka.

Jijikkah kau melihatku, hingga

kau palingkan wajahmu Jibril? Tanya Rasulullah pada Malaikat

pengantar wahyu itu.

Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal, kata

Jibril.



Sebentar kemudian, terdengar Rasulullah mengerang, kerana sakit yang

tidak tertahankan lagi. Ya Allah, dahsyat nian maut ini,

timpakan saja semua seksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak

lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera

mendekatkan telinganya. Uushiikum bis shalati, wa maa malakat

aimanuku-

Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.



Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling

berpelukkan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya dan Ali kembali

mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

Ummatii, ummatii, ummatii- Umatku, seorang manusia yang mulia yang

memberi sinaran

itu.



Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?



Allahumma sholi ala Muhammad wa baarik wa salim alaihin.. betapa

cintanya Rasulullah kepada kita.



Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim yang lain agar timbul

kesedaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan

RasulNya mencintai kita. Kerana, sesungguhnya selain daripada itu

hanya fana belaka.

No comments:

>